Senin, 02 Februari 2015

RINGKASAN PEMANFAATAN LIMBAH NA-ALGINAT DAN SILASE IKAN



RINGKASAN
ADWIN WIDANARTO.  Pemanfaatan Silase Limbah Kepala Ikan Kuniran (Uphuneus sulphureus) dan Limbah Alginat dari Rumput Laut Coklat (Sargassum sp) sebagai Pupuk Organik serta Pengaruhnya terhadap  Tanaman Jagung. Dibawah bimbingan AEF PERMADI dan ASRIANI.


Industri pengolahan perikanan telah banyak tersebar khususnya di Indonesia yang merupakan negeri bahari salah satunya adalah industri fillet Ikan Kuniran di daerah Eretan-Indramayu. Data hasil tangkapan ikan Kuniran di TPI Eretan-Indramayu mencapai 9 ton perhari, dimana 2 ton ikan Kuniran digunakan sebagai bahan baku industri fillet ikan (Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, 2011).  
Industri pengolahan fillet ikan Kuniran sering kali menyisakan bagian yang tidak diolah menjadi produk namun menjadi limbah yang biasanya diabaikan oleh suatu industri. Pembuangan limbah olahan perikanan akan memberikan dampak yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik (Anonimus, 2012).
Tepung silase (Tepsil) merupakan salah satu cara pengolah limbah ikan dengan penambahan asam. Tepsil adalah produk yang dibuat dari bahan-bahan limbah ikan atau ikan rusak yang tidak dimanfaatkan manusia tanpa melakukan perlakuan lain kecuali dengan asam (secara kimia) atau dengan inokulasi bakteri. Tepsil dengan pengolahan lebih lanjut dapat dibuat menjadi pupuk (Kompiang dan Ilyas, 1979).
            Industri pengolahan lainnya adalah idustri alginat dari rumput laut coklat. Pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia sebagai bahan pembuatan alginat masih sebatas penelitian padahal potensi rumput laut coklat di Indonesia mencapai 482.400 ton pertahun sehingga perlu adanya pemanfaatan dan pengembangan potensi tersebut untuk kedepannya. Alginat menjadi sangat penting karena penggunaannya yang cukup luas dalam industri, antara lain sebagai bahan pengetal, pensuspensi, penstabil, pembentuk film, pembentuk gel, dan bahan pengemulsi (Anggadiredja, 2008).
            Limbah buangan hasil produksi alginat dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik karena banyak mengandung kalium dan unsur mineral lainnya, serta pemanfaatan limbah telah mendukung program pemerintah mengenai penerapan ekonomi biru (Blue Economy) yaitu memanfaatkan limbah untuk memperoleh nilai tambah sehingga mengurangi sisa buangan industri pengolahan. Negara Cina, Jepang, Inggris, dan Kanada menggunakan pupuk dari rumput laut untuk meningkatkan hasil panen pada produk pertanian dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi (Aslan,1998).    
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pembuatan silase dari limbah ikan, mengetahui proses pembuatan Na-alginat dari rumput laut coklat (Sargassum sp), mengetahui proses pembuatan pupuk organik, mengetahui pengaruh pupuk organik (silase limbah ikan dan limbah Na-alginat) terhadap pertumbuhan jagung, dan mengetahui perbandingan pupuk organik terpilih dengan pupuk komersil.
            Proses pembuatan tepung silase ikan kuniran (Uphuneus sulphureus) meliputi pencucian, pencacahan, perendaman dengan asam formiat 3%, pengadukan, fermentasi, pengepresan, pengeringan, dan penepungan. Adapun hasil analisis tepung silase adalah kadar air 9,63%, kadar abu 28,61%, pH 4,84%, P 75,44 ppm, C 35,94 ppm, N 0,45%, Mg 1,58 ppm, Ca 97,27 ppm, K 2,12 ppm, Fe 0,21 ppm, Zn 0,06 ppm, Cu < 0,01 ppm, Mn 0,01 ppm, B <2 ppm.
            Proses ekstraksi alginat dan pengambilan limbah meliputi beberapa tahapan proses diantaranya penerimaan bahan baku, pencucian, dimeneralisasi, ekstraksi alginat, penyaringan, pengambilan limbah, pemucatan, konversi Ca-alginat, pengendapan asam alginat, pengendapan natrium alginat. Hasil uji limbah alginat adalah rendemen rata-rata alginat 15,12% , kadar air 8,01%, kadar abu 73,25%, pH 10,75, P 0,03 ppm, C 8,35 ppm, N 0,48%, Mg 0,34 ppm, Ca 2,73 ppm, K 0,18 ppm, Fe 455,49 ppm, Zn 16,72 ppm, Cu 2,07 ppm, Mn 0,01 ppm, B <2 ppm.
            Proses pembuatan pupuk organik meliputi persiapan bahan baku, pembuatan granul, pengeringan, dan penyimpanan. Hasil analisis pupuk formuulasi A (rasio 1:1 tepung silase dan limbah alginat) adalah rendemen rata-rata 64,46%, air 5,91, abu 47,59, pH 9,10, P 34,81 ppm, C 28,93 ppm, N 3,22%, Mg 3,43 ppm, Ca 70,08 ppm, K 2,73 ppm, Fe 0,58 ppm, Zn 0,1 ppm, Cu 0,02 ppm, Mn 0,03 ppm, B <2 ppm, dan daya serap air 587,93%. Hasil analisis pupuk formuulasi B (rasio 1:2 antara tepung silase dan limbah alginat) adalah rendemen rata-rata 65,85%, air 6,8, abu 51,31, pH 9,46, P 18,79 ppm, C 21,05 ppm, N 1,82%, Mg 3,02 ppm, Ca 47,04 ppm, K 2,4 ppm, Fe 0,53 ppm, Zn 0,08 ppm, Cu <0,01 ppm, Mn 0,02 pmm, B <2 ppm, dan daya serap air 524,26%. Hasil analisis pupuk formuulasi A (rasio 1:3 antara tepung silase dan limbah alginat) adalah rendemen rata-rata 64,46%, air 6,41, abu 54,57, pH 9,73, P 22,57 ppm, C 23,66 ppm, N 2,8%, Mg 2,77 ppm, Ca 58,15 ppm, K 2,47 ppm, Fe 0,54 ppm, Zn 0,21 ppm, Cu 0,03 pmm, Mn 0,02 ppm, B <2 ppm, dan daya serap air 514,59%.
            Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan jagung yang paling optimal adalah menggunakan pupuk formulasi C 0,5% dibandingkan dengan pupuk formulasi lainnya dari segi parameter panjang batang, diameter batang, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun. Hasil penelitian lanjutan menunjukan bahwa pupuk terpilih (C 0,5%) lebih unggul  dibandingkan pupuk kimia pada pertumbuhan jagung bila dilihat dari segi parameter panjang batang, diameter batang, lebar daun, dan jumlah daun akan tetapi pada panjang daun pupuk kimia komersial lebih unggul.
            Perlu adanya pemanfaatan limbah hasil perikanan lainnya untuk digunakan sebagai bahan baku pupuk organik dan mengujicoba pupuk pada tanaman lain yang lebih bervariasi.

1 komentar:



feedburner
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...